kreasindonesia

kreasindonesia adalah blog kedua saya setelah http://reflectionresults.blogspot.com/. Kata ini hasil dari penggabungan kata kreasi dan kata Indonesia. Definisi kreasi adalah hasil daya cipta atau hasil daya khayal. Sebagai bangsa Indonesia, tentunya kita harus mengharumkan bangsa ini lewat kecakapan yang kita miliki. Anda harus berkreasi atau menghasilkan sesuatu sebagai hasil buah pikiran untuk Indonesia. Kenapa? Karena Anda adalah salah satu penduduk bangsa Indonesia!

Daripada Anda menghabiskan waktu untuk menjelek-jelekkan Indonesia, alangkah baiknya bila Anda menciptakan sesuatu untuk Indonesia! Karena perubahan bangsa ini bukan ditentukan dari kata-kata yang jelek atau tidak membangun, tapi dari tindakan yang menghasilkan sesuatu! Untuk itu berkreasilah untuk Indonesia. Inilah definisi dari kreasindonesia.

Saya tidak bisa menciptakan sesuatu yang dapat mengubah Indonesia secara langsung. Tetapi setidaknya, saya berusaha menciptakan cara pandang yang baru tentang Indonesia. Untuk itulah blog kreasindonesia dibuat! Selamat Membaca, Selamat berkreasi!

Kamis, 14 November 2013

Buang-Buang Makanan = Buang-Buang Anugerah Tuhan



Masih suka heran dengan orang yang doyan banget buang-buang makanan. Saya sering melihat hal ini. Suatu hari saya makan di tenda seafood Ayu. Kalau ada yang tinggal di Sunter atau Kelapa Gading, pasti mengetahui tempat ini. Seafood Ayu memang cukup terkenal. Saya sedang makan dengan mami saya. Saat itu, saya melihat meja sebelah dengan udang yang masih banyak. Bahkan bisa dibilang belum disentuh sama sekali. Rasanya kesal melihat hal itu.

Di hari yang lain, saya makan kwetiau Akang. Bila Anda tinggal di Sunter, Kelapa Gading, Mangga Besar dan daerah sekitarnya, pasti juga tahu tempat makan ini. Saya sedang makan dengan koko saya. Saat itu ada sekumpulan anak muda yang sedang makan. Biasanya anak muda suka ribut kalau sedang makan. Karena mereka sambil bercanda. Setelah kumpulan anak muda itu pulang, saya melihat masih ada satu piring kwetiau yang masih full. Seperti belum tersentuh sama sekali. Rasanya ingin mengambil kwetiau itu, lalu langsung saya makan!

Saya juga pernah melihat dua pasang orang muda sedang bertengkar dalam waktu dan tempat yang berbeda. Anehnya, setelah bertengkar mereka meninggalkan makanan itu. Ayam KFC masih belum tersentuh dan Burger McD juga belum tersentuh. Hati kecil berkata, “berantem-berantem aje, makanan ga usa dibuang juga kale!”

Bahkan saya juga sering melihat orang-orang yang kondangan membuang makanan yang masih banyak di piringnya. Lucunya, setelah itu mereka ambil makanan yang lainnya. Di sisi lain, saya juga pernah melihat orang yang kalau makan suka tidak habis, jadi otomatis dia buang sisa makanannya. Padahal dia bisa membungkus makanan itu, dan makan lagi saat lapar. Atau paling tidak, kita dapat mengambil makanan seperlunya, karena diri kita yang paling tahu tentang kapasitas perut kita.

Terkadang orang yang membuang makanan merasa ada hak untuk membuang makanan tersebut, karena merasa sudah membayarnya. Jadi, makanan itu sudah menjadi miliknya, dan dia berhak untuk memakan atau membuangnya. Saya pikir, ini adalah salah satu pembodohan yang sedang terjadi. Karena pada dasarnya, kita sama sekali tidak ada hak untuk membuang makanan. Kita bisa makan, bukan karena kita lebih hebat dari orang lain yang tidak bisa makan. Tapi karena anugerah dari Tuhan. Memang kita sudah bekerja keras untuk hal itu. Namun jangan lupa, bila Tuhan tidak memberkati penghasilan dan makanan kita. Maka kita pun tidak akan dapat menikmatinya!

Walaupun ini terdengar klise, tapi hal ini harus dipahami dengan baik! Bahwa MASIH BANYAK ORANG YANG KELAPARAN!

Facebook Forum Hijau Indonesia membuat suatu artikel yang bertuliskan seperti ini, “Makanan yang terbuang merugikan ekonomi dunia senilai $750 miliar/Rp8,5 triliun per tahun ...”[1]  Ironis sekali, padahal masih banyak negara yang mengalami kelaparan. Salah satunya adalah negara Indonesia! Indonesia menduduki peringkat ke-11 dari yang paling parah. Tepatnya, ada 12,6 juta orang di Indonesia yang kekurangan gizi![2] Sudah seharusnya kita lebih memerhatikan hal ini. Bila Anda pernah membuang makanan atau memang hobi menyisakan makanan lalu dibuang, pikirkanlah 12,6 juta orang yang masih kekurangan gizi karena kelaparan di Indonesia.

Buanglah makanan, bila makanan tersebut sudah tidak layak dikonsumsi lagi (basi). Tetapi renungkanlah, kenapa makanan tersebut bisa sampai basi?

Orang yang suka buang makanan adalah orang yang tidak menghargai hasil jerih payahnya sendiri, tidak menghargai orang-orang yang kelaparan dan tidak menghargai anugerah Tuhan!





[1] https://www.facebook.com/ForumHijauIndonesia/posts/512489208842181
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Kelaparan

Jumat, 08 November 2013

Pengaruh kata “mempengaruhi”



Tanpa disadari, acap kali kita sering dipengaruhi dengan kata “mempengaruhi”. Padahal kata “mempengaruhi” tidak memiliki pengaruh apa pun dalam tata bahasa Indonesia, karena kata “mempengaruhi” tidak memiliki arti sama sekali. Sebagai bangsa Indonesia, sudah seharusnya kita tidak dipengaruhi lagi dengan kata “mempengaruhi”. Namun kenyataan berbicara sebaliknya! Kata “mempengaruhi” sudah memengaruhi sebagian besar orang Indonesia (termasuk saya tadinya). Banyak buku dan artikel yang masih memakai kata “mempengaruhi”. Kata ini memang memiliki pengaruh yang kuat!

Saya akan beri beberapa contoh buku dan artikel yang masih dipengaruhi dengan kata “mempengaruhi”.

1. Buku: 
 http://books.google.co.id/books?id=CsmRAAAAMAAJ&q=mempengaruhi&dq=mempengaruhi&hl=en&sa=X&ei=pJV8UtjpFoe3rAfuw4DQCA&redir_esc=y


2. Kamus Online:


3. Buku:


4. Detik News:


5. Artikel:



6. Bahkan saya pun pernah salah! 
Saya pernah beberapa kali menulis di blog dengan memakai kata “mempengaruhi”:


7. Google Translate. 
Kata "Influence" diterjemahkan menjadi kata "mempengaruhi":


Mungkin Anda berkomentar, memang apa salahnya memakai kata “mempengaruhi”? Toh yang penting kita mengerti maksud dari kata tersebut. Pada dasarnya, sesuatu yang salah bila kita lakukan terus-menerus, maka hal itu akan menjadi “benar”. Namun, “benar” bagi kita, belum tentu benar dalam arti sebenarnya. Untuk itu, kita harus membela kebenaran dengan memakai kata yang benar! Pakailah kata MEMENGARUHI, bukan MEMPENGARUHI!

Ingatlah salah satu isi Sumpah Pemuda yang baru kita peringati kemarin ini. “Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.” Kata “mempengaruhi”, bukan kata dalam bahasa Indonesia. Bila seperti itu, untuk apa kita menggunakannya lagi?

Puji Tuhan, saya sedang belajar untuk tidak memakai kata “mempengaruhi” lagi. Bagaimana dengan Anda?



Kata “mempengaruhi” tidak memiliki pengaruh apa pun, 
bila kita belajar memakai kata”memengaruhi”.






________________

Sumber : 
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat.